Resesi Global 2008 : Apa dan pelajaran yang bisa diambil

Krisis 2008, juga dikenal sebagai krisis keuangan global 2008 atau resesi global 2008, merujuk pada periode krisis ekonomi yang terjadi secara global pada tahun 2008. Krisis ini dimulai di Amerika Serikat (AS) dan kemudian menyebar ke seluruh dunia, mempengaruhi banyak negara dan sektor ekonomi.

Krisis ini dipicu oleh keruntuhan pasar perumahan AS yang mengakibatkan gelembung properti dan hipotek yang meledak. Pada awalnya, banyak institusi keuangan di AS telah memberikan pinjaman hipotek yang berisiko tinggi kepada peminjam yang kemungkinan besar gagal membayar. Kemudian, mereka membungkus pinjaman-pinjaman ini ke dalam instrumen keuangan yang kompleks dan diperdagangkan di pasar global.

Gambar : Penulis sedang mempelajari krisis global 2008

Hipotek adalah bentuk jaminan atau gadai yang digunakan dalam transaksi properti. Ini adalah perjanjian hukum antara peminjam (debitur) dan pemberi pinjaman (kreditur) di mana peminjam memberikan hak kebendaan atas properti (misalnya rumah, tanah) kepada pemberi pinjaman sebagai jaminan atas pinjaman yang diberikan. Dalam hipotek, jika peminjam gagal memenuhi kewajiban pembayaran pinjaman, pemberi pinjaman memiliki hak untuk menjual properti tersebut untuk mendapatkan kembali jumlah pinjaman yang belum dibayar.

Dalam konteks hipotek perumahan, peminjam (debitur) biasanya menggunakan pinjaman hipotek untuk membeli atau membangun rumah. Hipotek memberikan jaminan kepada pemberi pinjaman (biasanya bank atau lembaga keuangan) bahwa jika peminjam gagal membayar pinjaman, pemberi pinjaman memiliki hak untuk menjual properti dan menggunakan hasil penjualan untuk melunasi pinjaman.

Hipotek sering melibatkan pembayaran angsuran bulanan yang mencakup pembayaran bunga dan pokok pinjaman. Seiring waktu, peminjam secara bertahap melunasi pinjaman tersebut. Setelah pinjaman lunas, hak hipotek dicabut dan kepemilikan properti sepenuhnya menjadi milik peminjam.

Namun, ketika harga rumah di AS mulai turun dan jumlah peminjam yang gagal membayar meningkat, instrumen keuangan ini menjadi tidak likuid dan bernilai rendah. Hal ini memicu kepanikan di pasar keuangan global, mengakibatkan jatuhnya beberapa institusi keuangan besar seperti Lehman Brothers, yang pada gilirannya memicu krisis keuangan yang lebih luas.

Krisis 2008 memiliki dampak yang signifikan di seluruh dunia. Banyak negara mengalami resesi ekonomi, tingkat pengangguran meningkat, pasar saham jatuh, dan sektor keuangan mengalami ketidakstabilan. Beberapa negara juga mengalami kesulitan dalam membayar utang negara mereka.

Untuk mengatasi krisis ini, pemerintah dan bank sentral di banyak negara mengadopsi berbagai kebijakan pemulihan ekonomi, seperti peningkatan belanja pemerintah, penurunan suku bunga, dan langkah-langkah lainnya untuk mendukung sektor keuangan. Krisis ini juga menyebabkan perubahan dalam regulasi keuangan dan meningkatkan kesadaran akan risiko sistemik dalam pasar keuangan global.

Krisis 2008 merupakan salah satu krisis ekonomi terbesar sejak Depresi Besar pada tahun 1930-an dan memiliki dampak jangka panjang terhadap perekonomian global serta mendorong perubahan signifikan dalam cara kita memahami dan mengatur pasar keuangan.

Krisis 2008 mengakibatkan terganggunya perekonomian global karena permasalahan di sektor perumahan dan keuangan AS berdampak secara global melalui berbagai saluran. Beberapa faktor utama yang menyebabkan terganggunya perekonomian global adalah sebagai berikut:

  1. Kehancuran pasar perumahan: Penurunan harga rumah di AS mengakibatkan banyak rumah yang bernilai lebih rendah dari hipotek yang terkait, sehingga banyak pemilik rumah yang mengalami kesulitan untuk membayar hipotek mereka. Ini menyebabkan meningkatnya jumlah pemilik rumah yang gagal membayar (default) dan gejolak di pasar perumahan.
  2. Penyebaran kerugian ke sektor keuangan: Banyak lembaga keuangan yang terpapar oleh hipotek yang gagal bayar mengalami kerugian besar. Mereka memiliki eksposur terhadap instrumen keuangan yang kompleks, seperti CDO (Collateralized Debt Obligations), yang bernilai rendah dan tidak likuid. Kerugian ini menyebar ke berbagai bank dan lembaga keuangan di seluruh dunia, termasuk yang memiliki keterkaitan dengan lembaga keuangan AS yang terkena dampak.
  3. Ketidakstabilan sektor keuangan: Krisis ini menciptakan kekhawatiran dan ketidakpastian yang signifikan di sektor keuangan. Bank-bank menjadi enggan memberikan pinjaman satu sama lain karena ketakutan terhadap risiko yang tidak diketahui. Ini menyebabkan terjadinya pengetatan likuiditas dan menghambat aliran modal di pasar keuangan.
  4. Dampak global: Krisis ini menyebar ke seluruh dunia melalui keterkaitan dan interkoneksi ekonomi global. Banyak negara yang memiliki hubungan perdagangan dan keuangan dengan AS mengalami penurunan permintaan ekspor, penurunan investasi, dan penurunan harga komoditas, yang semuanya berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi mereka.

Sektor yang paling terdampak dalam krisis 2008 adalah sektor keuangan. Bank-bank dan lembaga keuangan besar mengalami kerugian besar karena eksposur mereka terhadap hipotek berisiko tinggi dan instrumen keuangan yang terkait. Banyak lembaga keuangan terpaksa menghadapi kebangkrutan atau harus diselamatkan oleh pemerintah.

Selain sektor keuangan, sektor properti dan konstruksi juga mengalami kerugian signifikan. Penurunan harga properti dan keengganan untuk memberikan pinjaman hipotek baru mengakibatkan penurunan aktivitas konstruksi dan penurunan nilai aset di sektor properti.

Saat krisis 2008 melanda, harga saham mengalami penurunan yang signifikan di banyak negara. Investor khawatir tentang prospek ekonomi yang suram dan dampak negatif yang mungkin terjadi pada perusahaan-perusahaan yang terkait dengan sektor keuangan. Akibatnya, pasar saham mengalami volatilitas yang tinggi, dengan penurunan harga yang tajam.

Banyak perusahaan di berbagai sektor mengalami kerugian besar. Selain sektor keuangan, sektor otomotif juga sangat terdampak. Permintaan kendaraan baru menurun drastis karena konsumen menjadi lebih hemat dan sulit mendapatkan pembiayaan. Beberapa produsen mobil besar menghadapi kesulitan keuangan dan memerlukan bailout (bantuan keuangan) dari pemerintah.

Sektor properti dan konstruksi juga merasakan dampak yang serius. Penurunan harga rumah dan penurunan aktivitas konstruksi mengakibatkan penurunan pendapatan dan keuntungan bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam sektor ini.

Sektor moneter juga terpengaruh oleh krisis tersebut. Bank sentral di berbagai negara menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan. Mereka harus mengambil tindakan-langkah untuk menstabilkan sistem keuangan, seperti menurunkan suku bunga, memberikan stimulus ekonomi, dan menyediakan likuiditas tambahan kepada bank-bank.

Selain itu, sektor ekspor juga terkena dampak. Permintaan global menurun karena krisis ekonomi yang melanda banyak negara, sehingga mengurangi ekspor dan merugikan perusahaan-perusahaan yang sangat bergantung pada pasar internasional.

Krisis 2008 juga berdampak pada sektor ketenagakerjaan. Tingkat pengangguran meningkat secara signifikan di banyak negara karena perusahaan-perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja dan pemangkasan anggaran untuk mengatasi kerugian keuangan.

Secara keseluruhan, krisis 2008 memiliki dampak yang luas dan mendalam terhadap perekonomian global. Banyak sektor mengalami kerugian yang besar, harga saham mengalami penurunan yang signifikan, dan sektor moneter dan ketenagakerjaan terganggu. Pemerintah dan bank sentral di seluruh dunia harus mengambil langkah-langkah ekonomi yang drastis untuk memulihkan ekonomi dan membatasi kerugian yang lebih lanjut.

Krisis 2008 memberikan beberapa pelajaran penting yang dapat kita ambil:

  1. Pentingnya pengawasan dan regulasi keuangan yang ketat: Krisis ini menyoroti kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan dan regulasi di sektor keuangan. Penting bagi pemerintah dan lembaga pengawas untuk memantau dan mengendalikan risiko yang muncul dalam sistem keuangan, serta memastikan bahwa lembaga keuangan beroperasi secara transparan dan bertanggung jawab.
  2. Perluasan fokus pada risiko sistemik: Krisis 2008 menunjukkan pentingnya memahami risiko sistemik, yaitu risiko yang dapat menyebar melalui koneksi dan interkoneksi di seluruh sektor keuangan dan ekonomi. Pemerintah dan lembaga keuangan harus lebih memperhatikan risiko ini dan mengadopsi pendekatan yang lebih holistik dalam mengidentifikasi, memantau, dan mengurangi risiko sistemik.
  3. Perlunya kedisiplinan dalam memberikan pinjaman dan manajemen risiko: Krisis ini mengingatkan kita tentang pentingnya kedisiplinan dalam memberikan pinjaman dan manajemen risiko yang baik. Institusi keuangan harus memperhitungkan risiko dengan cermat, menjaga likuiditas yang memadai, dan menghindari praktik pemberian pinjaman yang tidak bertanggung jawab.
  4. Tidak mengabaikan dampak global dan keterkaitan ekonomi: Krisis 2008 menunjukkan betapa pentingnya memahami dan memperhitungkan dampak global dan keterkaitan ekonomi dalam pengambilan keputusan ekonomi. Ketika satu negara atau sektor mengalami krisis, dampaknya dapat menyebar dengan cepat ke negara dan sektor lainnya. Oleh karena itu, kolaborasi internasional dan koordinasi kebijakan menjadi penting dalam menghadapi krisis global.

Dalam menghadapi krisis 2008, perusahaan  mendapat pelajaran sebagai berikut :

  1. Evaluasi risiko dan diversifikasi portofolio: Perusahaan perlu secara cermat mengevaluasi risiko yang mereka hadapi dan melakukan diversifikasi portofolio mereka. Ini melibatkan memahami risiko pasar, risiko kredit, dan risiko operasional yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Dengan mengelola risiko dengan baik dan memiliki portofolio yang terdiversifikasi, perusahaan dapat mengurangi kerentanan mereka terhadap fluktuasi pasar yang ekstrim.
  2. Memperkuat likuiditas dan manajemen kas: Perusahaan harus menjaga likuiditas yang cukup dan memperkuat manajemen kas mereka. Ini termasuk memastikan ada akses yang cukup ke sumber daya finansial, mengelola hutang dengan hati-hati, dan mengoptimalkan pengeluaran operasional. Dengan memiliki cadangan likuiditas yang memadai, perusahaan dapat menghadapi tantangan keuangan yang mungkin timbul selama krisis.
  3. Mengoptimalkan efisiensi operasional: Perusahaan perlu melihat kembali operasional mereka dan mencari cara untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. Ini dapat melibatkan peninjauan kembali proses bisnis, mengadopsi teknologi yang dapat mengotomatisasi atau meningkatkan efisiensi, dan melakukan restrukturisasi organisasi yang diperlukan. Dengan mengoptimalkan operasional, perusahaan dapat meningkatkan daya saing mereka dan mengurangi risiko finansial.
  4. Memperkuat hubungan dengan mitra bisnis: Penting bagi perusahaan untuk memperkuat hubungan dengan mitra bisnis, termasuk bank dan pemasok. Ini melibatkan komunikasi terbuka dan transparan, membangun hubungan yang saling menguntungkan, dan mempertahankan kemitraan yang kuat. Mitra bisnis yang dapat diandalkan dapat memberikan dukungan finansial dan operasional yang diperlukan selama masa krisis.
  5. Menyusun rencana kontinuitas bisnis: Perusahaan harus memiliki rencana kontinuitas bisnis yang solid untuk menghadapi situasi krisis. Rencana ini harus mencakup langkah-langkah yang jelas untuk mengatasi tantangan yang mungkin timbul, seperti penurunan pendapatan, penurunan permintaan, atau gangguan pasokan. Dengan memiliki rencana yang terstruktur, perusahaan dapat lebih siap menghadapi situasi yang sulit dan meminimalkan dampak negatifnya.
  6. Fokus pada keberlanjutan jangka panjang: Selain bertahan selama krisis, perusahaan juga harus mempertimbangkan keberlanjutan jangka panjang. Ini melibatkan memikirkan strategi pertumbuhan, inovasi, dan adaptasi terhadap perubahan pasar yang terjadi akibat krisis. Perusahaan perlu terus mengembangkan produk dan layanan yang relevan, menjaga kualitas, dan tetap beradaptasi dengan kebutuhan pelanggan.mempraktikkan langkah-langkah di atas, perusahaan juga harus memperhatikan beberapa hal tambahan:
  7. Komunikasi yang efektif: Penting bagi perusahaan untuk berkomunikasi dengan jelas dan terbuka kepada karyawan, pelanggan, dan pemangku kepentingan lainnya. Ini membantu mengurangi ketidakpastian dan membangun kepercayaan. Perusahaan harus memberikan informasi yang jujur ​​mengenai situasi keuangan dan langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi krisis. Selain itu, mereka juga harus mendengarkan umpan balik dan kekhawatiran yang mungkin muncul dari berbagai pihak terkait.
  8. Fleksibilitas dan adaptabilitas: Perusahaan perlu menjadi fleksibel dan siap untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar yang cepat. Mereka harus siap mengubah strategi, melakukan penyesuaian operasional, dan mempertimbangkan peluang baru yang mungkin muncul. Kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat dapat membantu perusahaan bertahan dan bahkan tumbuh di tengah ketidakpastian.
  9. Konservasi sumber daya: Selama krisis, perusahaan harus melakukan pengelolaan sumber daya yang hati-hati. Ini termasuk mengurangi pemborosan, memprioritaskan pengeluaran yang penting, dan mengidentifikasi area di mana penghematan dapat dilakukan tanpa mengorbankan kualitas atau produktivitas. Konservasi sumber daya membantu perusahaan menjaga stabilitas keuangan dan menjaga daya tahan di masa sulit.
  10. Mencari peluang baru: Meskipun krisis dapat menimbulkan tantangan, juga dapat memberikan peluang baru. Perusahaan harus tetap terbuka terhadap peluang baru yang muncul dalam lingkungan yang berubah. Mereka dapat menjelajahi diversifikasi bisnis, berinovasi dalam produk atau layanan, atau menjalin kemitraan strategis untuk memperluas pangsa pasar atau memasuki pasar baru. Dengan menjadikan krisis sebagai kesempatan, perusahaan dapat mendapatkan keuntungan jangka panjang.

Dalam krisis 2008, perusahaan yang mampu mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi tantangan dan menjaga keberlanjutan bisnis memiliki peluang lebih besar untuk keluar dengan sukses. Kesadaran, fleksibilitas, adaptabilitas, dan fokus jangka panjang menjadi kunci dalam menghadapi krisis dan memulihkan kinerja perusahaan.

Berikut adalah beberapa buku dan artikel yang membahas tentang krisis 2008:

  1. Judul: “The Big Short: Inside the Doomsday Machine” Penulis: Michael Lewis Tahun: 2010 Penerbit: W. W. Norton & Company Keterangan: Buku ini mengungkap cerita di balik krisis keuangan 2008 dan para pelaku di Wall Street yang melihat dan memanfaatkan kegagalan pasar perumahan AS.
  2. Judul: “Too Big to Fail: The Inside Story of How Wall Street and Washington Fought to Save the Financial System—and Themselves” Penulis: Andrew Ross Sorkin Tahun: 2009 Penerbit: Viking Press Keterangan: Buku ini memberikan pandangan mendalam tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi selama krisis keuangan global 2008 dan upaya pemerintah dan lembaga keuangan untuk mengatasi kejatuhan sistem keuangan.
  3. Judul: “The Subprime Solution: How Today’s Global Financial Crisis Happened, and What to Do about It” Penulis: Robert J. Shiller Tahun: 2008 Penerbit: Princeton University Press Keterangan: Buku ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang penyebab krisis keuangan 2008 dan memberikan saran tentang langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah krisis serupa di masa depan.
  4. Judul artikel: “The Global Financial Crisis: Causes, Consequences, and Solutions” Penulis: Carmen M. Reinhart and Kenneth S. Rogoff Tahun: 2009 Publikasi: International Monetary Fund (IMF) Economic Review Keterangan: Artikel ini menyelidiki penyebab dan dampak krisis keuangan global 2008 serta memberikan analisis kebijakan dan solusi yang dapat diimplementasikan untuk mencegah krisis serupa di masa depan.
  5. Judul artikel: “Financial Crisis: A Survey” Penulis: Franklin Allen and Elena Carletti Tahun: 2010 Publikasi: Journal of Economic Literature Keterangan: Artikel ini memberikan tinjauan luas tentang krisis keuangan 2008, meliputi asal-usul, perkembangan, dan konsekuensi jangka panjang dari krisis tersebut, serta mengidentifikasi kelemahan sistem keuangan yang perlu diperbaiki.

Beberapa Tulisan dari Penulis :

Pengaruh Kepemimpinan tranformasional, budaya organiasi, kopentensi karyawan terhadap loyalitas karyawan di Badan Usaha Milik Daerah – repo unpas. (2023). Retrieved 27 August 2023, from http://repository.unpas.ac.id/62662/

Ahmad Prayudi, & Imas Komariyah. (2023). THE IMPACT OF WORK MOTIVATION, WORK ENVIRONMENT, AND CAREER DEVELOPMENT ON EMPLOYEE JOB SATISFACTION. Jurnal Visi Manajemen9(1), 100-112. doi: 10.56910/jvm.v9i1.268

Pratiwi, H., PRAYUDI, A., SINAGA, K., MAHYUDANIL, M., & ADITI, B. (2022). PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PELAYANAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PT. HERFINTA FARM AND PLANTATION. Journal Of Global Business And Management Review4(2), 72. doi: 10.37253/jgbmr.v4i2.7268

Pratiwi, H., Mendrofa, S., Zega, Y., Prayudi, A., & Sulaiman, F. (2022). Budaya Organisasi Dan Stress Kerja: Pengaruh Terhadap Kinerja Karyawan PT. Herfinta Farm And Plantation. Ekonomi, Keuangan, Investasi Dan Syariah (EKUITAS)4(2), 505-511. doi: 10.47065/ekuitas.v4i2.2592

Amelia, W., Prayudi, A., Khairunnisak, K., Pratama, I., & Febrizaldy, F. (2022). Edukasi Warga Desa Sembahe Baru Dalam Rangka Peningkatan Penghasilan Melalui Ekonomi Kreatif Pengolahan Sampah Plastik. Pelita Masyarakat4(1), 92-100. doi: 10.31289/pelitamasyarakat.v4i1.7378

Sinaga, R., Sinaga, K., Prayudi, A., Pratiwi, H., & Sulaiman, F. (2022). Kepuasan Pelanggan sebagai Faktor Kualitas Pelayanan PT. Mada Graha Nagata dengan Multi Attribute Attitude Model. Ekonomi, Keuangan, Investasi Dan Syariah (EKUITAS)4(1), 198-202. doi: 10.47065/ekuitas.v4i1.2086

Chairunnisa, S., & Prayudi, A. (2022). Pengaruh Fluktuasi Kurs Mata Uang terhadap Harga Saham Pt. Bank Central Asia, Tbk di Indonesia. Economics, Business And Management Science Journal2(2), 108-116. doi: 10.34007/ebmsj.v2i2.293

Prayudi, A. (2022). ANALISIS PENGARUH PENGGAJIAN, FASILITAS KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PD. PEMBANGUNAN KOTA BINJAI. JURNAL MANAJEMEN8(1), 17-30. Retrieved from http://www.ejournal.lmiimedan.net/index.php/jm/article/view/154

Gea, N., Effendi, I., & Prayudi, A. (2021). Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Transportasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis (JIMBI)2(2), 146-152. doi: 10.31289/jimbi.v2i1.456

Ritonga, S., Effendi, I., & Prayudi, A. (2021). Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Consumer Goods di BEI. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis (JIMBI)2(2), 86-95. doi: 10.31289/jimbi.v2i1.383

Prayudi, A. (2021). KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PD. PEMBANGUNAN KOTA MEDAN. Jurnal Ilmu Manajemen METHONOMIX4(2), 75-84. Retrieved from https://ejurnal.methodist.ac.id/index.php/methonomix/article/view/1109

Latief, A., Ramadansyah, J., Wijoyo, H., Prayudi, A., & Putra, R. (2021). The Influence of Work Motivation and Organizational Culture to Employee Performance. Retrieved 27 August 2023, from https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=3926924

Sinaga, I., Lubis, A., & Prayudi, A. (2020). PENGARUH INTERNET FINANCIAL REPORTING (IFR) DAN TINGKAT PENGUNGKAPAN INFORMASI WEBSITE TERHADAP FREKUENSI PERDAGANGAN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis (JIMBI)1(2). doi: 10.31289/jimbi.v1i2.394

Br Lubis, H., Effendi, I., & Prayudi, A. (2020). PENGARUH TINGKAT MODAL KERJA TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF & KOMPONEN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2014 – 2018. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis (JIMBI)1(2). doi: 10.31289/jimbi.v1i2.396

Brahamana, N., & Prayudi, A. (2020). Analisis Profitabilitas Dalam Pemberian Kredit Pada Koperasi Kredit Unam Berastagi. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis (JIMBI)1(1), 131-140. Retrieved from https://mail.jurnalmahasiswa.uma.ac.id/index.php/jimbi/article/view/376

Prayudi, A. (2020). PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI PADA KARYAWAN PD. PEMBANGUNAN KOTA BINJAI). JURNAL MANAJEMEN1(2), 63-72. Retrieved from http://www.ejournal.lmiimedan.net/index.php/jm/article/view/128

Prayudi, A., & Tanjung, M. (2018). ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD PADA PT. RIA BUSANA MEDAN. JURNAL MANAJEMEN4(2), 126-130. Retrieved from http://www.ejournal.lmiimedan.net/index.php/jm/article/view/33

Prayudi, A. (2017). PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. RAJAWALI NUSINDO CABANG MEDAN. JURNAL MANAJEMEN3(2), 20-27. Retrieved from http://ejournal.lmiimedan.net/index.php/jm/article/view/10

Prayudi, A., & Ilhammi, N. (2015). ANALISIS RASIO UTANG ATAS MODAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGEMBALIAN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA. JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS : Jurnal Program Studi Akuntansi1(2). Retrieved from https://www.ojs.uma.ac.id/index.php/jurnalakundanbisnis/article/view/1723

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *