Strategi Marketing Untuk Menaklukkan Fikiran Autopilot Konsumen

Gaya berfikir autopilot dalam pemilihan produk mengacu pada kecenderungan seseorang untuk membuat keputusan pembelian secara otomatis, tanpa melibatkan proses berpikir yang mendalam atau penilaian yang rasional. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan keputusan impulsif atau kebiasaan belanja yang terjadi tanpa pertimbangan yang cermat.

Gambar : Penulis dalam sebuah peternakan

Gaya berfikir autopilot dalam pemilihan produk dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

  1. Bias merek: Seseorang mungkin cenderung memilih merek tertentu tanpa mempertimbangkan produk atau pilihan yang lain hanya karena mereka telah terbiasa atau merasa nyaman dengan merek tersebut.
  2. Pengaruh sosial: Pengaruh dari keluarga, teman, atau selebriti dapat mempengaruhi keputusan pembelian seseorang. Tanpa berpikir lebih lanjut, seseorang mungkin mengikuti tren atau merekomendasikan produk tertentu karena faktor pengaruh sosial ini.
  3. Kebiasaan belanja: Seseorang mungkin memiliki kebiasaan belanja tertentu yang mereka jalankan secara otomatis tanpa mempertimbangkan pilihan lain. Misalnya, mereka mungkin selalu membeli produk dari toko yang sama atau memilih merek yang sama berulang kali.
  4. Persepsi kualitas: Beberapa orang mungkin memiliki persepsi bahwa merek atau produk tertentu selalu berkualitas tinggi dan secara otomatis memilihnya tanpa pertimbangan yang lebih mendalam.
  5. Pembelian impulsif: Keputusan pembelian dapat dipengaruhi oleh dorongan emosional atau tuntutan saat ini, tanpa pertimbangan yang matang tentang nilai jangka panjang dari produk atau kebutuhan pribadi.

Meskipun gaya berfikir autopilot dalam pemilihan produk dapat memberikan kenyamanan atau kemudahan dalam pengambilan keputusan, terkadang juga penting untuk melibatkan pikiran yang lebih kritis dan penilaian rasional untuk memastikan keputusan yang bijaksana dan memenuhi kebutuhan pribadi.

Pemikiran impulsif adalah kecenderungan untuk membuat keputusan atau bertindak tanpa pertimbangan yang matang atau penilaian rasional. Ada tiga komponen utama dari pemikiran impulsif: motor impulsivity, cognitive impulsivity, dan non-planning impulsivity.

  1. Motor impulsivity: Motor impulsivity melibatkan kesulitan dalam mengendalikan tindakan fisik atau kecenderungan untuk bertindak secara spontan tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang. Orang yang memiliki motor impulsivity yang tinggi cenderung bereaksi secara impulsif tanpa memikirkan akibatnya, seperti merespons emosi dengan tindakan cepat tanpa pertimbangan yang mendalam.
    • Contoh 1: Seseorang yang dalam keadaan marah secara impulsif memukul tembok, tanpa memikirkan konsekuensi fisik atau kerusakan yang mungkin terjadi pada tangan mereka.
    • Contoh 2: Seseorang yang impulsif dalam berkendara melampaui batas kecepatan yang ditetapkan, tanpa mempertimbangkan bahaya dan risiko yang mungkin timbul.
  2. Cognitive impulsivity: Cognitive impulsivity melibatkan kesulitan dalam mengendalikan pemikiran dan kecenderungan untuk membuat keputusan berdasarkan pemikiran yang terbatas atau kurang rasional. Orang dengan cognitive impulsivity yang tinggi mungkin cenderung membuat keputusan dengan cepat tanpa mempertimbangkan informasi yang relevan atau melakukan penilaian yang cermat.
    • Contoh 1: Seseorang yang impulsif secara kognitif mungkin membuat keputusan berdasarkan perasaan dan emosi saat itu tanpa mempertimbangkan informasi atau fakta yang relevan. Misalnya, seseorang yang membeli produk tertentu hanya karena mereka merasa senang saat melihat iklan yang menarik, tanpa membandingkannya dengan alternatif lain.
    • Contoh 2: Seseorang yang membuat keputusan finansial besar tanpa melakukan penelitian atau analisis yang memadai, hanya karena mereka merasa terdorong oleh keinginan untuk memilikinya segera.
  3. Non-planning impulsivity: Non-planning impulsivity melibatkan kurangnya perencanaan, kesulitan dalam mempertimbangkan konsekuensi masa depan, dan kecenderungan untuk hidup tanpa merencanakan tindakan atau keputusan. Orang dengan non-planning impulsivity yang tinggi cenderung melakukan tindakan tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang, seperti menghabiskan uang secara impulsif tanpa memikirkan keuangan masa depan.
    • Contoh 1: Seseorang yang cenderung tidak merencanakan masa depan secara matang mungkin menghabiskan uang mereka secara impulsif, tanpa menyisihkan dana untuk tabungan atau mengatur anggaran.
    • Contoh 2: Seseorang yang memutuskan untuk bepergian ke luar kota secara spontan tanpa perencanaan yang memadai, seperti memesan tiket pesawat pada saat terakhir atau tidak mengatur akomodasi sebelumnya.

Pemikiran impulsif dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk dalam pemilihan produk atau keputusan pembelian. Orang yang cenderung berpikir impulsif dalam konteks ini mungkin tergoda untuk melakukan pembelian tanpa pertimbangan yang mendalam, dipengaruhi oleh dorongan emosional atau keinginan instan tanpa mempertimbangkan nilai jangka panjang atau kebutuhan pribadi.

Penting untuk diingat bahwa tidak semua pemikiran impulsif selalu negatif atau merugikan. Pemikiran impulsif dapat membawa kejutan positif, kreativitas, atau spontanitas yang menggembirakan. Namun, kesadaran akan pemikiran impulsif dapat membantu kita membuat keputusan yang lebih bijaksana dan menyeluruh, terutama dalam hal pemilihan produk atau pembelian yang melibatkan aspek keuangan dan nilai jangka panjang.

Cara kerja berfikir autopilot dalam konteks pemilihan produk melibatkan pola-pola pikiran dan kebiasaan yang terbentuk seiring waktu. Berikut adalah beberapa mekanisme yang terlibat dalam berfikir autopilot:

  1. Pengalaman sebelumnya: Pengalaman masa lalu dan interaksi sebelumnya dengan produk atau merek tertentu dapat mempengaruhi keputusan pembelian kita di masa depan. Jika kita memiliki pengalaman positif dengan suatu produk, kita cenderung memilihnya lagi tanpa pertimbangan yang mendalam.
  2. Bias konfirmasi: Kita cenderung mencari informasi yang mendukung keputusan sebelumnya dan mengabaikan atau minimalkan informasi yang bertentangan. Hal ini memperkuat kecenderungan kita untuk tetap pada autopilot, karena kita tidak terbuka terhadap penilaian baru atau informasi yang dapat meragukan keputusan kita.
  3. Kebiasaan: Kebiasaan belanja yang terbentuk dari rutinitas atau pola yang berulang juga memainkan peran dalam berfikir autopilot. Misalnya, jika kita selalu membeli merek tertentu saat berbelanja, kita cenderung melakukan itu tanpa berpikir secara aktif tentang pilihan yang lain.
  4. Keterbatasan waktu dan energi: Dalam kehidupan yang sibuk, kita sering kali tidak memiliki waktu atau energi yang cukup untuk melakukan penelitian mendalam tentang setiap keputusan pembelian. Oleh karena itu, kita mengandalkan keputusan otomatis berdasarkan pengetahuan terbatas yang kita miliki atau sumber informasi yang mudah diakses.
  5. Pengaruh sosial: Tekanan dari lingkungan sosial kita juga dapat mempengaruhi kita untuk berfikir autopilot. Jika kita terpengaruh oleh tren atau pendapat orang lain, kita mungkin memilih produk berdasarkan pengaruh mereka tanpa mempertimbangkan preferensi atau kebutuhan pribadi.

Dalam banyak kasus, berfikir autopilot dapat menjadi mekanisme yang efisien dan nyaman. Namun, penting untuk diingat bahwa dalam beberapa situasi, terutama ketika terdapat perubahan atau pilihan yang signifikan, berfikir kritis dan menyeluruh tetap penting untuk membuat keputusan yang tepat.

Seorang pemasar dapat menggunakan berbagai strategi untuk memanfaatkan fikiran autopilot konsumen dan memenangkan persaingan di pasar. Berikut beberapa hal yang dapat dimanfaatkan:

  1. Branding yang kuat: Membangun merek yang kuat dan mengakar dalam benak konsumen dapat membantu mengaktifkan fikiran autopilot mereka. Dengan menciptakan asosiasi positif dan citra merek yang kuat, konsumen cenderung memilih merek tersebut secara otomatis tanpa mempertimbangkan pilihan lain.
  2. Pengaruh sosial dan rekomendasi: Menggunakan pengaruh sosial dan rekomendasi dari orang-orang yang dipercaya oleh konsumen dapat mempengaruhi fikiran autopilot mereka. Testimonial positif dari selebriti, influencer, atau teman dapat memicu keputusan pembelian tanpa banyak pertimbangan.
  3. Penempatan produk: Memasukkan produk secara strategis dalam lingkungan atau konteks tertentu juga dapat memanfaatkan fikiran autopilot konsumen. Misalnya, penempatan produk yang terlihat di tempat yang sering dikunjungi oleh konsumen dapat mendorong mereka untuk membeli secara impulsif.
  4. Kesederhanaan dan kenyamanan: Membuat proses pembelian sejelas dan seefisien mungkin dapat mendorong konsumen untuk berfikir autopilot. Mengurangi hambatan dan menyediakan pengalaman belanja yang mudah dan nyaman dapat memperkuat kecenderungan konsumen untuk memilih produk atau merek yang familiar.
  5. Penawaran khusus dan insentif: Menawarkan diskon, promosi khusus, atau insentif lainnya kepada konsumen dapat memicu fikiran autopilot mereka untuk memilih produk atau merek tersebut. Mereka mungkin tidak mempertimbangkan alternatif lain jika ada insentif atau keuntungan tambahan yang ditawarkan.

Namun, penting untuk diingat bahwa pemasaran yang berbasis pada fikiran autopilot tidak selalu merupakan praktik yang etis. Menghormati kebutuhan dan preferensi konsumen serta memberikan informasi yang jujur ​​dan transparan tetap menjadi prinsip yang penting dalam pemasaran yang berhasil dan berkelanjutan.

Pemikiran autopilot memiliki kelebihan dan kelemahan yang perlu dipertimbangkan. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kelemahan dari pemikiran autopilot:

Kelebihan pemikiran autopilot:

  1. Efisiensi: Pemikiran autopilot memungkinkan kita membuat keputusan dengan cepat dan tanpa perlu berinvestasi waktu dan energi yang besar. Ini dapat membantu menghemat waktu dan memudahkan dalam pengambilan keputusan sehari-hari.
  2. Kenyamanan: Berfikir autopilot dapat memberikan kenyamanan dan kepastian. Dengan mengandalkan keputusan berdasarkan pengalaman atau kebiasaan sebelumnya, kita dapat menghindari stres atau kebingungan yang terkait dengan mempertimbangkan semua pilihan secara mendalam setiap saat.
  3. Produktivitas: Dengan mengandalkan pemikiran autopilot untuk tugas-tugas rutin atau keputusan sederhana, kita dapat mengalihkan energi dan perhatian kita ke tugas yang lebih penting atau kompleks.

Kelemahan pemikiran autopilot:

  1. Ketidaktelitian: Pemikiran autopilot dapat membuat kita tidak mempertimbangkan pilihan atau informasi baru yang mungkin lebih baik atau relevan. Ini bisa mengarah pada keputusan yang kurang optimal atau kehilangan peluang yang berharga.
  2. Bias: Pemikiran autopilot dapat dipengaruhi oleh bias atau kecenderungan tanpa kita sadari. Kita mungkin memilih produk atau merek berdasarkan preferensi masa lalu atau pengaruh sosial tanpa benar-benar mempertimbangkan faktor-faktor objektif.
  3. Keengganan terhadap perubahan: Pemikiran autopilot bisa membuat kita terjebak dalam kebiasaan atau rutinitas yang mungkin sudah usang atau kurang efektif. Kita mungkin enggan mencoba produk baru atau mencari alternatif yang lebih baik karena keterpaparan terus-menerus pada pilihan yang sama.
  4. Ketergantungan pada informasi terbatas: Berfikir autopilot dapat membuat kita hanya mempertimbangkan informasi yang sudah kita miliki atau informasi yang mudah diakses. Ini dapat menghambat pengembangan pengetahuan baru atau penilaian yang lebih objektif terhadap pilihan yang ada.
  5. Risiko kesalahan: Pemikiran autopilot dapat memunculkan keputusan impulsif tanpa pemikiran yang matang. Ini dapat mengakibatkan pembelian yang tidak terencana atau membuang-buang uang pada produk yang tidak memenuhi kebutuhan sebenarnya.

Penting untuk diingat bahwa pemikiran autopilot tidak selalu menjadi masalah, tergantung pada konteks dan keputusan yang dihadapi. Namun, kesadaran akan kelebihan dan kelemahan pemikiran autopilot dapat membantu kita membuat keputusan yang lebih baik dan mempertimbangkan opsi lain jika diperlukan.

Berikut adalah beberapa buku dan artikel yang menjelaskan tentang pemikiran autopilot dalam memilih produk atau barang:

  1. Judul: “Thinking, Fast and Slow” Pengarang: Daniel Kahneman Tahun: 2011 Penerbit: Farrar, Straus and Giroux Penjelasan: Buku ini ditulis oleh Daniel Kahneman, seorang psikolog dan penerima Nobel Ekonomi. Buku ini menjelaskan dua sistem pemikiran dalam diri manusia: sistem pikiran cepat (autopilot) dan sistem pikiran lambat. Buku ini mengulas mengenai bagaimana sistem pikiran cepat mempengaruhi keputusan yang kita buat, termasuk dalam pemilihan produk.
  2. Judul: “Nudge: Improving Decisions About Health, Wealth, and Happiness” Pengarang: Richard H. Thaler dan Cass R. Sunstein Tahun: 2008 Penerbit: Penguin Books Penjelasan: Buku ini membahas tentang konsep “nudge” atau dorongan yang dapat mempengaruhi pemikiran autopilot seseorang dalam pengambilan keputusan. Penulis menjelaskan bagaimana pemahaman terhadap pemikiran autopilot dapat dimanfaatkan untuk membantu orang membuat keputusan yang lebih baik, termasuk dalam konteks pemilihan produk.
  3. Judul artikel: “The Power of Habit” Penulis: Charles Duhigg Tahun: 2012 Penerbit: The New York Times Penjelasan: Artikel ini membahas mengenai kekuatan kebiasaan dan bagaimana kebiasaan dapat mempengaruhi pemilihan produk secara otomatis. Artikel ini menjelaskan konsep siklus kebiasaan dan bagaimana pola-pola kebiasaan dapat terbentuk, yang pada akhirnya memengaruhi pemikiran autopilot konsumen.
  4. Judul artikel: “The Influence of Branding on Consumer Buying Behavior” Penulis: Akeel Shahzad Tahun: 2014 Penerbit: International Journal of Business and Social Science Penjelasan: Artikel ini membahas tentang pengaruh branding pada perilaku pembelian konsumen. Penulis menjelaskan bagaimana branding yang kuat dapat mempengaruhi fikiran autopilot konsumen dan mendorong mereka untuk memilih produk atau merek tertentu secara otomatis.

Beberapa Tulisan dari Penulis :

Pratiwi, H., PRAYUDI, A., SINAGA, K., MAHYUDANIL, M., & ADITI, B. (2022). PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PELAYANAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PT. HERFINTA FARM AND PLANTATION. Journal Of Global Business And Management Review4(2), 72. doi: 10.37253/jgbmr.v4i2.7268

Pratiwi, H., Mendrofa, S., Zega, Y., Prayudi, A., & Sulaiman, F. (2022). Budaya Organisasi Dan Stress Kerja: Pengaruh Terhadap Kinerja Karyawan PT. Herfinta Farm And Plantation. Ekonomi, Keuangan, Investasi Dan Syariah (EKUITAS)4(2), 505-511. doi: 10.47065/ekuitas.v4i2.2592

Amelia, W., Prayudi, A., Khairunnisak, K., Pratama, I., & Febrizaldy, F. (2022). Edukasi Warga Desa Sembahe Baru Dalam Rangka Peningkatan Penghasilan Melalui Ekonomi Kreatif Pengolahan Sampah Plastik. Pelita Masyarakat4(1), 92-100. doi: 10.31289/pelitamasyarakat.v4i1.7378

Sinaga, R., Sinaga, K., Prayudi, A., Pratiwi, H., & Sulaiman, F. (2022). Kepuasan Pelanggan sebagai Faktor Kualitas Pelayanan PT. Mada Graha Nagata dengan Multi Attribute Attitude Model. Ekonomi, Keuangan, Investasi Dan Syariah (EKUITAS)4(1), 198-202. doi: 10.47065/ekuitas.v4i1.2086

Chairunnisa, S., & Prayudi, A. (2022). Pengaruh Fluktuasi Kurs Mata Uang terhadap Harga Saham Pt. Bank Central Asia, Tbk di Indonesia. Economics, Business And Management Science Journal2(2), 108-116. doi: 10.34007/ebmsj.v2i2.293

Prayudi, A. (2022). ANALISIS PENGARUH PENGGAJIAN, FASILITAS KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PD. PEMBANGUNAN KOTA BINJAI. JURNAL MANAJEMEN8(1), 17-30. Retrieved from http://www.ejournal.lmiimedan.net/index.php/jm/article/view/154

Gea, N., Effendi, I., & Prayudi, A. (2021). Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Transportasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis (JIMBI)2(2), 146-152. doi: 10.31289/jimbi.v2i1.456

Ritonga, S., Effendi, I., & Prayudi, A. (2021). Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Consumer Goods di BEI. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis (JIMBI)2(2), 86-95. doi: 10.31289/jimbi.v2i1.383

Prayudi, A. (2021). KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PD. PEMBANGUNAN KOTA MEDAN. Jurnal Ilmu Manajemen METHONOMIX4(2), 75-84. Retrieved from https://ejurnal.methodist.ac.id/index.php/methonomix/article/view/1109

Latief, A., Ramadansyah, J., Wijoyo, H., Prayudi, A., & Putra, R. (2021). The Influence of Work Motivation and Organizational Culture to Employee Performance. Retrieved 27 August 2023, from https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=3926924

Sinaga, I., Lubis, A., & Prayudi, A. (2020). PENGARUH INTERNET FINANCIAL REPORTING (IFR) DAN TINGKAT PENGUNGKAPAN INFORMASI WEBSITE TERHADAP FREKUENSI PERDAGANGAN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis (JIMBI)1(2). doi: 10.31289/jimbi.v1i2.394

Br Lubis, H., Effendi, I., & Prayudi, A. (2020). PENGARUH TINGKAT MODAL KERJA TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF & KOMPONEN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2014 – 2018. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis (JIMBI)1(2). doi: 10.31289/jimbi.v1i2.396

Brahamana, N., & Prayudi, A. (2020). Analisis Profitabilitas Dalam Pemberian Kredit Pada Koperasi Kredit Unam Berastagi. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis (JIMBI)1(1), 131-140. Retrieved from https://mail.jurnalmahasiswa.uma.ac.id/index.php/jimbi/article/view/376

Prayudi, A. (2020). PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI PADA KARYAWAN PD. PEMBANGUNAN KOTA BINJAI). JURNAL MANAJEMEN1(2), 63-72. Retrieved from http://www.ejournal.lmiimedan.net/index.php/jm/article/view/128

Prayudi, A., & Tanjung, M. (2018). ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD PADA PT. RIA BUSANA MEDAN. JURNAL MANAJEMEN4(2), 126-130. Retrieved from http://www.ejournal.lmiimedan.net/index.php/jm/article/view/33

Prayudi, A. (2017). PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. RAJAWALI NUSINDO CABANG MEDAN. JURNAL MANAJEMEN3(2), 20-27. Retrieved from http://ejournal.lmiimedan.net/index.php/jm/article/view/10

Prayudi, A., & Ilhammi, N. (2015). ANALISIS RASIO UTANG ATAS MODAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGEMBALIAN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA. JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS : Jurnal Program Studi Akuntansi1(2). Retrieved from https://www.ojs.uma.ac.id/index.php/jurnalakundanbisnis/article/view/1723

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *