Hustle Culture : Ketika Kerja Keras Menjadi Gaya Hidup

Pernahkah kamu merasa bersalah saat sedang tidak produktif? Atau merasa tidak pantas bersantai karena ada pekerjaan yang belum selesai? Dalam dunia yang terus berputar cepat, kerja keras bukan lagi sekadar keharusan—ia telah menjelma menjadi gaya hidup. Kita begitu terbiasa mendengar kalimat seperti “kerja keras nggak akan mengkhianati hasil” hingga lupa bahwa tubuh, pikiran, dan emosi kita punya batas. Kita mulai menyamakan nilai diri dengan pencapaian, dan menilai orang lain dari seberapa sibuk hidup mereka.

Di era modern, bekerja keras sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Tapi dalam beberapa tahun terakhir, kita tak hanya bekerja keras—kita hidup untuk bekerja. Inilah yang disebut hustle culture, sebuah fenomena di mana produktivitas ekstrem dijadikan tolok ukur sukses, dan sibuk dianggap sebagai identitas.

Fenomena ini sangat relevan, terutama di kalangan generasi muda, pekerja kreatif, dan wirausahawan. Tapi sebelum kita menilainya lebih jauh, mari kita kenali terlebih dahulu: apa itu hustle culture? Dan siapa sebenarnya yang memopulerkannya?

Apa Itu Hustle Culture?

Secara sederhana, hustle culture adalah gaya hidup yang menekankan pentingnya kerja keras tanpa henti. Orang-orang yang terjebak dalam budaya ini cenderung bekerja melampaui batas waktu normal, sering lembur, jarang mengambil cuti, dan merasa bersalah jika beristirahat.

Budaya ini menempatkan kerja sebagai pusat kehidupan, seolah-olah istirahat atau waktu luang adalah bentuk kemalasan. Slogan-slogan seperti “Grind now, shine later”, “Sleep is for the weak”, atau “Work hard, play harder” seringkali menjadi mantra sehari-hari.

Asal-Usul dan Konteks Kemunculannya

Istilah “hustle” sendiri berasal dari bahasa Inggris informal yang berarti “bergerak cepat” atau “berusaha keras.” Namun, dalam konteks budaya kerja modern, kata ini mengalami pergeseran makna menjadi simbol semangat kerja ekstrem, ambisi tinggi, dan mentalitas tidak kenal lelah.

Hustle culture mulai populer sejak awal 2010-an, seiring dengan meledaknya budaya startup, media sosial, dan semangat wirausaha digital. Lingkungan ini mendorong narasi bahwa siapa pun bisa sukses asal bersedia bekerja lebih keras dari yang lain—tanpa banyak tidur, tanpa banyak istirahat, dan tanpa keluhan.

Siapa yang Memopulerkan Hustle Culture?

Meski tidak ada satu tokoh yang benar-benar “menciptakan” hustle culture, ada beberapa figur publik yang sangat berperan dalam menyebarluaskannya melalui media sosial, buku, dan konferensi motivasi:

1. Gary Vaynerchuk (Gary Vee)

Seorang pengusaha dan motivator asal Amerika Serikat yang dikenal dengan gaya bicara cepat dan tegas. Gary Vee sering mendorong audiensnya untuk bekerja ekstra—bahkan setelah pulang kerja. Bagi Gary, “hustle” adalah kunci untuk membangun bisnis dan mengejar mimpi.

2. Elon Musk

CEO Tesla dan SpaceX ini terkenal karena komitmennya terhadap kerja keras ekstrem. Ia pernah mengatakan bahwa untuk membangun perusahaan sukses, seseorang harus siap bekerja 80 hingga 100 jam per minggu. Pernyataannya sering dikutip sebagai pembenaran hustle culture.

3. Budaya Startup dan “Tech Bros”

Lingkungan startup, terutama di Silicon Valley, sangat memengaruhi penyebaran hustle culture. Mereka sering menggaungkan narasi bahwa bekerja 24/7 adalah bagian dari “passion” dan pengorbanan awal menuju kesuksesan.

Peran Media Sosial dalam Menyuburkan Hustle Culture

Platform seperti Instagram, TikTok, dan LinkedIn juga memiliki peran besar dalam memperkuat budaya ini. Banyak konten yang menampilkan kehidupan “super sibuk” sebagai sesuatu yang membanggakan. Video dengan rutinitas bangun jam 4 pagi, rapat back-to-back, dan proyek sampingan sering dianggap sebagai inspirasi, bukan peringatan.

Media sosial juga memunculkan ilusi: seolah kesuksesan hanya bisa dicapai melalui kerja keras yang konstan, tanpa waktu istirahat. Padahal, yang tidak terlihat adalah lelahnya, burn out-nya, dan kadang kehilangan dirinya.

Refleksi Kritis: Apakah Ini Budaya yang Sehat?

Hustle culture memang mengajarkan nilai positif seperti disiplin, ambisi, dan semangat kerja. Tapi ketika dijadikan standar hidup, ia bisa membawa dampak serius:

  • Kesehatan mental terganggu

  • Kehidupan pribadi terabaikan

  • Kehilangan arah dan makna

  • Burnout berkepanjangan

Saat kerja keras menjadi satu-satunya ukuran nilai diri, kita mulai mengorbankan waktu, relasi, bahkan kesehatan hanya demi pencapaian.

Alternatif: Kerja Cerdas, Bukan Kerja Terus

Munculnya kritik terhadap hustle culture membawa tren baru seperti:

  • Slow productivity: bekerja fokus tapi terukur

  • Work-life balance: membagi waktu antara karier dan kehidupan pribadi

  • Work-life integration: menyatukan keduanya secara harmonis

  • Well-being at work: menempatkan kesehatan mental sebagai prioritas

Kini semakin banyak orang menyadari bahwa kesuksesan sejati tidak hanya soal hasil, tetapi juga tentang bagaimana kita menjalaninya.

Penutup

Hustle culture memang lahir dari semangat kerja keras dan ambisi, tapi kita perlu bertanya: sampai sejauh mana kita rela mengorbankan hidup demi karier? Apakah kita masih mengendalikan pekerjaan, atau justru sedang dikendalikan oleh dorongan untuk terus bekerja?

Beberapa Tulisan Ilmiah dari Penulis :

Kartika, A., Sabrina, H., & Prayudi, A. (2025). Pengaruh Strategi Pemasaran dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian pada Toko Zulaikha Bika Ambon Medan. Retrieved from https://journal.mahesacenter.org/index.php/ebmsj/article/view/762

Zafitri, A. A., Prayudi, A., & Pribadi, T. (2025). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Pengembangan SDM Terhadap Kinerja Karyawan PT. Ikapharmindo Putramas Medan. Retrieved from https://journal.mahesacenter.org/index.php/ebmsj/article/view/784

Siregar, M. Y., Sari, W. P., Prayudi, A., & Alfifto. (2025). Increasing the MSMEs performance through cutting edge innovation capability. Retrieved from https://journal.uii.ac.id/JSB/article/view/35560

Prayudi, A., Badewin, B., Machdie, M., & Arifansyah, A. (2024). The Role of Ethical Leadership, Corporate Culture, Employee Empowerment, and Organizational Commitment on Employee Productivity: Case Study of State Owned Enterprise Employee. Retrieved from https://ijble.com/index.php/journal/article/view/929

Fahira, N., Marbun, P., Prayudi, A., & Siregar, M. Y. (2024). The Effect Of Profitability, Investment Decisions And Corporate Social Responsibility On Company Value In Healthcare Companies Listed On The Idx From 2018-2022. Retrieved from https://ijerfa.afdifaljournal.com/index.php/ijerfa/article/view/240

Prayudi, A., Sitompul, G. A., & Anwar, A. (2024). The Relationship Between Organizational Commitment, Professional Development, and Job Performance of Educators in Public Universities. Retrieved from https://ijble.com/index.php/ieti/article/view/899

Prayudi, A., Siregar, N. S. S., Rambe, Y. S., Yusnini, Y., Sari, W. P., & Rosalina, D. (2024). Inovasi Limbah Kayu Sungai Batang Serangan Untuk Meningkatkan Kesejaahteraan Masyarakat Desa Sei Serdang. Retrieved from https://ojs.uma.ac.id/index.php/pelitamasyarakat/article/view/12878

Hasanah, S. U., Prayudi, A., & Sihombing, T. P. (2024). The Influence of Financial Literacy and Investment Risk on Investment Interests in the Capital Market (Case Study of MSMEs Assisted by Bank Indonesia of North Sumatra Province in Medan City). Retrieved from https://proceeding.pancabudi.ac.id/index.php/ICEEGLOF/article/view/71

Azmi, N., Prayudi, A., & Sihombing, T. P. (2024). The Influence of Corporate Social Responsibility (CSR) and Profitability on the Value of Banking Companies Listed on the IDX in the 2018-2022 Period. Retrieved from https://proceeding.pancabudi.ac.id/index.php/ICEEGLOF/article/view/114

Sartika, M., Alfifto, & Prayudi, A. (2024). The Influence of Content Marketing and Lifestyle on Purchase Decisions for the Tiktok Application in the Medan Area District. Retrieved from https://proceeding.pancabudi.ac.id/index.php/ICEEGLOF/article/view/116

Narima, Prayudi, A., Sagita, S., Siregar, M. M., Simbolon, S. M., & Siregar, N. A. (2024). Analisis Pengaruh Struktur Aset, Struktur Modal dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Nilai Perusahaan Sektor Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Retrieved from https://journal.um-surabaya.ac.id/Mas/article/view/22281

Siallagan, D. A., & Prayudi, A. (2024). PENGARUH WORKING CAPITAL TURNOVER DAN TOTAL ASSET TURNOVER TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN SUB SEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2018 – 2022. Retrieved from https://journal.um-surabaya.ac.id/Mas/article/view/22085

Purba, Y., Prayudi, A., & Syahriandi, S. (2023). Pengaruh Manajmen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan Sektor Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2018 – 2021. Retrieved from https://journal.um-surabaya.ac.id/Mas/article/view/20180

Siregar, N. S. S., Prayudi, A., Sari, W. P., Rosalina, D., & Pratama, I. (2023). The role of social media literacy for micro small medium enterprises (MSMEs) and innovation in Developing Tourism Village in Indonesia. Retrieved from https://socialspacejournal.eu/menu-script/index.php/ssj/article/view/220

Prayudi, A., Zega, Y., & Nasution, I. (2023). Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja, Disiplin Kerja, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT Indonesia Abadi Jaya. Jurnal Sains Dan Teknologi5(1), 37-43. Retrieved from https://ejournal.sisfokomtek.org/index.php/sai

Komariyah, I., Prayudi, A., Edison, E., & Laelawati, K. (2023). THE RELATIONSHIP BETWEEN ORGANIZATIONAL CULTURE AND COMPETENCE WITH ORGANIZATIONAL COMMITMENT IN EMPLOYEES OF BUMD BINJAI, NORTH SUMATRA. Jurnal Riset Bisnis Dan Manajemen16(2), 210-218. doi: 10.23969/jrbm.v16i2.7572

Sari, W., & Prayudi, A. (2023). Can Competitive Intensity Act a Bridge between Institutional Pressures and Corporate Financial Performance in Indonesia’s Footwear Industry? A Structural Equation Modelling Approach. Transnational Marketing Journal11(1), 199-212. Retrieved from http://transnationalmarket.com/menu-script/index.php/transnational/article/view/323

Pengaruh Kepemimpinan tranformasional, budaya organiasi, kopentensi karyawan terhadap loyalitas karyawan di Badan Usaha Milik Daerah – repo unpas. (2023). Retrieved 27 August 2023, from http://repository.unpas.ac.id/62662/

Ahmad Prayudi, & Imas Komariyah. (2023). THE IMPACT OF WORK MOTIVATION, WORK ENVIRONMENT, AND CAREER DEVELOPMENT ON EMPLOYEE JOB SATISFACTION. Jurnal Visi Manajemen9(1), 100-112. doi: 10.56910/jvm.v9i1.268

Pratiwi, H., PRAYUDI, A., SINAGA, K., MAHYUDANIL, M., & ADITI, B. (2022). PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PELAYANAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PT. HERFINTA FARM AND PLANTATION. Journal Of Global Business And Management Review4(2), 72. doi: 10.37253/jgbmr.v4i2.7268

Pratiwi, H., Mendrofa, S., Zega, Y., Prayudi, A., & Sulaiman, F. (2022). Budaya Organisasi Dan Stress Kerja: Pengaruh Terhadap Kinerja Karyawan PT. Herfinta Farm And Plantation. Ekonomi, Keuangan, Investasi Dan Syariah (EKUITAS)4(2), 505-511. doi: 10.47065/ekuitas.v4i2.2592

Amelia, W., Prayudi, A., Khairunnisak, K., Pratama, I., & Febrizaldy, F. (2022). Edukasi Warga Desa Sembahe Baru Dalam Rangka Peningkatan Penghasilan Melalui Ekonomi Kreatif Pengolahan Sampah Plastik. Pelita Masyarakat4(1), 92-100. doi: 10.31289/pelitamasyarakat.v4i1.7378

Sinaga, R., Sinaga, K., Prayudi, A., Pratiwi, H., & Sulaiman, F. (2022). Kepuasan Pelanggan sebagai Faktor Kualitas Pelayanan PT. Mada Graha Nagata dengan Multi Attribute Attitude Model. Ekonomi, Keuangan, Investasi Dan Syariah (EKUITAS)4(1), 198-202. doi: 10.47065/ekuitas.v4i1.2086

Chairunnisa, S., & Prayudi, A. (2022). Pengaruh Fluktuasi Kurs Mata Uang terhadap Harga Saham Pt. Bank Central Asia, Tbk di Indonesia. Economics, Business And Management Science Journal2(2), 108-116. doi: 10.34007/ebmsj.v2i2.293

Prayudi, A. (2022). ANALISIS PENGARUH PENGGAJIAN, FASILITAS KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PD. PEMBANGUNAN KOTA BINJAI. JURNAL MANAJEMEN8(1), 17-30. Retrieved from http://www.ejournal.lmiimedan.net/index.php/jm/article/view/154

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *